Rian Nurdiansyah

Architecture Student

STUDENT EXCHANGE, JAPAN

1 comment
Gimana ceritanya yan, ko bisa ikutan student exchange ke jepang ?
YEAAAHH, postingan pertama niih. Well, bahagia pake bangetlah postingan pertama bahas tentang ini, selain tugas dari dosen, ternyata baru ngeuh juga kalo cerita pengalaman hidup di blog, wordpress dan sebagainya itu manfaatnya banyak banget. Salah satu manfaat yang keren itu ntar pas udah tua pasti otomatis lupa tuh semua cerita indah di masa muda, ndak usah bingung opaa, tinggal buka blog terus scroll down langsung dah keluar semua cerita-cerita indahmu. Selain itu, kita juga dapat berbagi informasi mengenai hal-hal baru yang kita temui.
 
Hari ini pas banget udah 2 bulan tinggal di jepang, menjalankan tugas yang luar biasa, belajar selama 6 bulan. selain belajar dan bermain, bikin blog juga salah satu tugas yang saya terima. Ya walaupun baru bikin sekarang, tapi tak apa mending telat dari pada tidak sama sekali. Awalnya bingung postingan pertama mau cerita apaan, takut salah plus tak nyambung, tapi akhirnya kepikiranlah cerita tentang ini dulu biar ntar runtutan ceritanya pas.

Jadi ceritanya kayak gini, dulu Ketika pertama kali denger ada program pertukaran pelajar (student exchange) dan tempatnya di jepang, weiissss otakpun secara otomatis menampilkan bayangan tentang orang jepang, bunga sakura, kastil-kastil yang keren, plus… shinkansen.


Dulu  temen sekelas yang ngasih tau kalau ada program pertukaran pelajar ke jepang, pertama sih kepo banget, ujung-ujungnya dicari taulah itu program. Akhirnya dapet sedikit informasi, ternyata program ini dibawa oleh dosen saya Ibu Dr. Eng. Beta Paramita, beliau baru menyelesaikan studi doktornya di jepang saat itu. UK-SERP (University Of Kitakyushu-Student Exchange and Research Program) adalah nama program ini, terdiri dari program pertukaran 6 bulan dan 2 minggu untuk workshop. Program ini juga berpartisipasi dengan JASSO (japan association service organization) yang memberikan beasiswa setiap bulannya. Tapi JASSO ternyata tidak memberikan beasiswa buat tiket pesawat, yang berarti harus pake uang sendiri buat ongkos ke jepangnya. Huaaa*

Beberapa hari kemudian, setelah mencari tahu lebih banyak tentang program itu, “ah moal mungkin bisa ngiluan yan, bahasa inggris ge kamana wae komo bahasa jepang. Pasti kudu boga duit loba oge walaupun beasiswa !”  yang artinya…. “gak mungkin bisa ikutan yan, bahasa inggris masih acak-acakan apalagi bahasa jepang. Pasti harus punya uang banyak juga walaupun itu beasiswa !”,  kata-kata itu yang diucapkan pertama kali di dalam lubuk hati yang paling dalam. Heee* Maklum, waktu itu masih semester 5 yang lagi padet-padetnya sama tugas tercintah. Tapi sudahlah, pada akhirnya enggak kepikiran lagi tentang program pertukaran pelajar itu. Setelah beberapa minggu kemudian, baru taulah dari temen sekelas ternyata yang kepilih dapet kesempatan belajar dengan program UK-SERP 2015 ternyata saudara treza dan saudari ochi, plus ada 6 orang lainnya yang dapet program 2 minggu buat workshop, beruntung bangetlah jadi mereka...

Suatu saat, terjadi sebuah percakapan yang jadi salah satu alasan saya daftar beasiswa ini, buat program selanjutnya, UK-SERP 2016. Ceritanya waktu itu lagi bantuin Bu Beta, dosen saya di mata kuliah arsitektur tropis, bantuin buat nurunin alat penghitung sesuatu, entah angin, entah radiasi matahari karena bulan purnama, entah apa saya lupa. Setelah selesai nurunin alat itu di rooftop gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) UPI, kami kembali ke FPTK (Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan). Saat di mobil, tiba-tiba Bu Beta melontarkan satu pertanyaan “yan, kamu ikutan yang exchange ke jepang enggak ?” owww.. di Tanya juga ternyata, ya waktu itu kujawab dengan satu alasan, “Enggak Bu, iyan enggak punya uang buat ongkosnya. waktu itu iyan nanya ke treza, ongkos pesawat buat berangkatnya aja sekitar 4 jutaan. Bu Beta pun spontan jawab “cobain aja dulu ikutan, jangan mikirin duit. Duit mah bisa di cari!”,taraaa..* akhirnya kita janjian buat ngobrol lebih lanjut.

Setelah diskusi beberapa kali, akhirnya saya lebih paham dengan detail program tersebut. Dan sayangnya pada saat itu, sedih enggak bisa ikut program yang 6 bulan, soalnya bu beta bilang kalo program tersebut hanya untuk mahasiswa berprestasi departemen pendidikan teknik arsitektur. Ok, tapi keinginan buat pergi ke jepang tetep ada. Akhirnya, saya tetap membulatkan tekad buat ikut seleksi program yang 2 minggu.

Sejak hari itu, saya berpikir keras gimana caranya supaya bisa ikut dan diterima, semuanya harus di persiapkan sebelum proses seleksi dan wawancara. Dari mulai perjuangan belajar bahasa inggris, bahasa jepang, ngumpulin dan nyusun portofolio, mikir keras gimana caranya supaya bisa ngumpulin duit dan yang bikin happy banget itu punya temen yang selalu ngasih semangat, makasih Ai Neni dan Lidhia Fairuz Harly yang juga udah nemenin dan  ngerjain bareng semua persyaratannya.

Setelah perjuangan bergadang buat ngerjain motivation letter dll, akhirnya waktu buat wawancarapun tiba. Saya lupa  waktu itu hari apa, tapi yang pasti ada 15 orang yang ikut seleksi, dan baru tahu di hari itu juga siapa aja yang ikut seleksi. Buseett, ternyata orang-orang hebat semua yang pada ikut, jujur minder banget pas liat mereka, entah gimana hasilnya, at least udah nyoba dululah dan bikin rasa penasarannya hilang.

Satu persatu nama kita di panggil, owww my body was trembling. Akhirnya nama sayapun dipanggil dan ternyata Bu Tutin yang mewawancarai saya, Bu Tutin adalah salah satu dosen yang sering membantu dalam proses belajar bahasa inggris saya, dosen yang baik dan dosen favorit. I can’t thank you enough for your helping Ma’am. Pada saat itu, Bu tutin melontarkan pertanyaan satu persatu dalam bahasa inggris, aaa… untung ngerti dan saya jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sambil gemeteran. Karena dulu saya submit dokumen buat program yang 2 minggu, nah tiba-tiba ada satu pertanyaan yang bikin saya kaget, bu tutin bertanya “rian, are you ready if we choose you to participate in the six months program?” Kira-kira seperti itulah pertanyaannya, otomatis pada saat itu saya jawabyes ma’am I am ready for it, and I’ll always ready to face my future!” Seneng bangetlah liat ekspresi bu tutin yang tersenyum pada saat itu. Alhamdulilah saya bisa jawab semua pertanyaan dari beliau, walaupun pertanyaannya tidak sebanyak dan sesulit yang saya bayangkan dan lega banget rasanya setelah keluar dari ruangan dosen.


Menunggu hasil seleksi, ini merupakan fase yang paling menegangkan. Selama hampir kurang lebih seminggu, rasanya enggak enak ngapa-ngapain, tidur tak nyenyak makan tak enak, ya iyalah pasti orang menunggu kepastian...haha. Hari itupun tiba, pagi-pagi ada sms masuk dan taraaaa, sms menggembirakan datang dari Dosen yang hebat, Bu Trias  yang isinya itu saya bakalan berangkat ke jepang, tapi beliau belum memberitahu kami akan mendapatkan program yang mana. Tidak peduli mau dapat program yang mana, denger udah kepilih aja bersyukur banget. Alhamdulillah....

Teks yang bikin nangis seketika
Waktu menunjukkan pukul 11 siang, semua yang terpilih program ini kumpul di ruang departemen. Kami yang terpilih gugup  banget plus deg-degan mendengar pengumuman siapa yang terpilih buat program 6 bulan. Bu Betapun datang ke ruangan, duduk dan mengutarakan sedikit pembukaan, lalu Surprise….. Bu Beta sebut nama saya dan sahabat saya faris untuk mengikuti program 6 bulan. Seneng, kaget, terharu semua campur aduk. Padahal waktu itu saya daftar buat program yang 2 minggu soalnya enggak mungkin banget bisa dapet yang 6 bulan. Tapi ketika kita sungguh-sungguh dalam suatu hal, berdoa dan minta doa dari semua orang terutama dari orang tua itu harus banget, Inshaa Allah semua hasilnya yang terbaik buat kita. Di akhir pertemuan, Bu Beta menjelaskan mengenai hasil seleksi ini, ternyata hasilnya bukan ditentukan oleh Bu Beta saja, tapi oleh beberapa dosen yang ikut berpartisipasi juga. Waaa senangnya….

Sejak saat itu, saya jadi orang yang sok sibuk, serasa tak ada waktu buat bersantai lagi, soalnya semua harus dipersiapkan dengan matang. Pokoknya, saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung. Terima kasih untuk orang tua dan keluarga, Terima kasih untuk semua Dosen yang telah memilihku, terimak kasih dwiki yang nganter pulang-pergi ke ciparay jauh-jauh huhujanan dari UPI Cuma buat ambil selembar kartu keluarga, terima kasih ari putra yang sudah mengikhlaskan bagian upah proyeknya buat nambahin uang bekelku ke jepang. Terima kash Lidhia, Ai Neni dan semua. Semoga allah bisa membalas kebaikan semuanya. Aamiin

Salah satu alasan lain buat cerita dengan judul ini, soalnya dulu teman saya bertanya hal tersebut, dia tau kalau saya enggak punya keinginan dan enggak kepikiran buat belajar di jepang. Saya rasa saya bahasa jepang sulit banget.. Pokonya semua serba enggak mungkinlah. Apa yang saya alami pada kehidupan saya terkadang sesuai dengan kata-kata ini “I do what I want, but actually I get what I needSaya memilih program yang 2 minggu, tetapi saya terpilih mendapatkan program yang 6 bulan. Sungguh merasa sangat beruntung. Semua bukan merupakan hal yang kebetulan, Allah SWT. sudah merencanakan semuanya. Semua orang menilai kita, menilai usaha kita dan apa yang kita lakukan. “Kepribadian yang baik, sikap yang baik itu yang harus menjadi modal utama” merupakan pesan dari dosen tercinta. Usaha saya dari kecil sampai sekarang untuk membanggakan orang tua, Alhamdulilah ada hasilnya. Seorang anak laki-laki dari keluarga sederhana, berasal dari kampung, yang berjuang untuk membanggakan dan membahagiakan kedua orang tuanya, kayaknya ini judul yang paling pas buat edisi curhat kali ini.... haha.

Sampai bertemu di postingan selanjutnya, berikutnya saya akan membahas tentang UK-SERP 2016 dan program-program di dalamnya. ja mata nee..




Faculty of Environmental Engineering, The University of Kitakyushu, Japan

1 komentar: